Israel dalam perang di Gaza. 

Dalam surat terbuka yang dimuat di Financial Times, mereka menyatakan tak bisa lagi menutup mata terhadap penderitaan yang dialami oleh para korban serangan Israel.

Sebanyak 36 anggota atau sekitar 10 persen dari seluruh anggota organisasi menandatangani surat tersebut.

Mereka menyebut bahwa nilai-nilai kemanusiaan dan ajaran Yahudi mendorong mereka untuk bersuara.

“Rasanya ingin memalingkan muka karena begitu menyakitkan, tetapi hati nurani kami tidak bisa membiarkan itu terjadi,” tulis mereka dalam surat itu.

Kelompok ini mengkritik Pemerintah Israel di bawah kepimimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan menyebutnya sebagai pemerintahan paling ekstrem karena terus mendorong kekerasan terhadap warga Palestina.

“Jiwa Israel sedang tercabik-cabik. Kami khawatir dengan masa depan Israel yang kami cintai,” tambah mereka.

Surat ini menjadi kritik publik pertama oleh organisasi tersebut terhadap Pemerintah Israel sejak konflik meletus pada 7 Oktober 2023.

Namun, Presiden Board of Deputies of British Jews, Phil Rosenberg, mengatakan bahwa surat tersebut tidak mencerminkan pendapat resmi organisasi atau seluruh komunitas Yahudi Inggris. 

Ia menyayangkan surat itu tidak menyoroti peran Hamas dalam konflik yang telah menewaskan lebih dari 51.000 orang di Gaza sejak Oktober lalu.

Rosenberg juga menyebutkan bahwa dalam komunitas Yahudi, seperti halnya di Israel, terdapat beragam pandangan.