
Iran dan Amerika Serikat (AS) akan menggelar pembicaraan teknis mengenai nuklir Iran yang dijadwalkan pada Rabu (23/4/2025) di Oman, sebelum perundingan tingkat tinggi kembali dilakukan.
Perundingan tersebut merupakan kelanjutan dari pertemuan putaran kedua yang dilaksanakan di Roma, Italia, pada Sabtu (19/4/2025).
Sebelumnya, pertemuan sesi pertama dilangsungkan di Muscat, Ibu Kota Oman pada Sabtu (12/4/2025).
Dua pertemuan antara Iran dan AS tersebut, yang dilakukan secara tidak langsung dengan mediasi dari Oman, dilaporkan berjalan konstruktif.
Awal Mula Negosiasi Nuklir
Pada awal Maret, Presiden AS Donald Trump mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melalui Uni Emirat Arab, menawarkan pembicaraan soal program nuklir Iran.
Trump bahkan mengancam akan melakukan pengeboman jika Iran menolak negosiasi tersebut.
Meskipun awalnya ditolak, hubungan kedua negara mulai mencair setelah Oman turun tangan sebagai mediator.
Oman sendiri pernah berperan penting dalam pembicaraan rahasia yang menghasilkan kesepakatan nuklir 2015 atau JCPOA.
Dalam pernyataan terpisah, Iran secara resmi tidak berniat membuat senjata nuklir.
Ayatollah Khamenei bahkan mengeluarkan fatwa melarang pengembangan senjata nuklir.
Meski begitu, ia sempat mengatakan bahwa jika Iran memutuskan untuk membuat senjata, tidak ada yang bisa menghentikannya.
Sebelumnya, pada 2015, Iran dan negara-negara besar termasuk AS menandatangani JCPOA.
Dalam kesepakatan itu, Iran setuju membatasi pengayaan uranium dan membuka akses untuk inspeksi internasional, dengan imbalan pelonggaran sanksi.
Namun, pada 2018, Trump menarik AS keluar dari perjanjian tersebut, menyebutnya sebagai kesepakatan buruk, dan kembali menjatuhkan sanksi berat kepada Iran.
Keputusan ini banyak dipengaruhi oleh tekanan dari Israel, yang sejak lama menuding Iran diam-diam mengembangkan bom nuklir.