
Uni Eropa menyatakan kesiapan mereka untuk menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif baru ke berbagai mitra dagang utama, termasuk Uni Eropa.
Perancis, sebagai salah satu negara yang terdampak signifikan, menegaskan akan menyerang sektor layanan online AS sebagai langkah balasan.
Juru bicara pemerintah Perancis, Sophie Primas, mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapi dampak negatif dari kebijakan Trump.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Uni Eropa akan merespons kebijakan tarif Trump dalam dua tahap.
“Respons awal akan diterapkan sekitar pertengahan April yang akan menyasar sektor aluminium dan baja,” katanya.
Tahap kedua akan mencakup semua produk dan layanan, yang kemungkinan akan siap pada akhir April.
Salah satu sektor yang menjadi target adalah layanan digital, yang selama ini tidak dikenakan pajak secara signifikan.
Primas juga mengkritik keras kebijakan Trump tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan yang imperialistik.
“Trump berpikir bahwa dia adalah penguasa dunia,” ujarnya.
“Ini adalah sikap imperialistik yang sempat kita tinggalkan, tetapi kini kembali dengan kekuatan dan determinasi besar,” imbuh Primas.
Dampak Kebijakan Tarif AS pada Industri Anggur Perancis dan UE
Asosiasi Ekspor Anggur dan Minuman Beralkohol Perancis (FEVS) memperingatkan bahwa tarif baru AS berdampak sangat serius bagi sektor anggur dan minuman beralkohol negara tersebut serta Uni Eropa secara keseluruhan.
Menurut FEVS, ekspor anggur dan minuman beralkohol Perancis ke AS bisa turun sekitar 800 juta euro (sekitar Rp 14,5 triliun), sementara total kerugian Uni Eropa diperkirakan mencapai 1,6 miliar euro (sekitar Rp 29 triliun).
“Penurunan ekspor ini akan berdampak besar pada lapangan kerja dan ekonomi sektor ini,” kata FEVS.
Tidak hanya itu, langkah tersebut juga akan merugikan importir, grosir, dan pengecer di AS sendiri.
Sebabagai informasi, Perancis mengekspor sekitar 2,4 miliar euro (sekitar Rp 44 triliun) anggur dan 1,5 miliar euro (sekitar Rp 27 triliun) minuman beralkohol ke AS pada 2024, menjadikannya pasar ekspor terbesar mereka.
Oleh sebab itu, FEVS menekankan pentingnya mempertahankan dialog terbuka dan konstruktif dalam isu perdagangan transatlantik.