
Iran, Abbas Araghchi, dijadwalkan mengunjungi Rusia pekan ini untuk membahas negosiasi nuklir yang akan dilakukan dengan Amerika Serikat (AS).
Lawatan tersebut digelar menjelang pembicaraan putaran kedua antara Iran dan AS yang direncanakan berlangsung di Roma, Italia, pada Sabtu (19/4/2025)
Sebelumnya, Araghchi bertemu dengan Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, pada Sabtu (12/4/2025), yang menjadi dialog tingkat tinggi pertama antara Iran dan AS sejak perjanjian nuklir 2015 runtuh.
Baik Iran maupun AS menyebut pembicaraan tersebut berlangsung dengan konstruktif.
Pertemuan itu terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengajak Iran untuk kembali bernegosiasi mengenai program nuklir.
Trump bahkan mengancam akan melakukan tindakan militer jika tidak mencapai kesepakatan yang menguntungkan dengan Teheran.
Pertemuan Lanjutan Iran-AS
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menyatakan bahwa pertemuan selanjutnya dengan pihak AS akan kembali digelar secara tidak langsung di Roma.
Baqaei menambahkan, topik utama yang dibahas tetap seputar program nuklir dan pencabutan sanksi.
Iran menolak pembicaraan di luar isu tersebut, termasuk soal pengaruh regional dan kemampuan rudalnya.
Kementerian Luar Negeri juga mengumumkan bahwa kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, akan mengunjungi Teheran dalam beberapa hari ke depan untuk membahas isu-isu teknis terkait inspeksi dan kerja sama nuklir.
Grossi mengonfirmasi rencananya melalui media sosial, menyebut bahwa kerja sama berkelanjutan sangat penting di tengah kebutuhan mendesak akan solusi diplomatik.
Persediaan Uranium Iran Kian Meningkat
Dalam laporan terakhirnya pada Februari lalu, IAEA menyebut Iran telah memiliki sekitar 274,8 kilogram uranium yang diperkaya hingga 60 persen.
Angka ini jauh melampaui batas 3,67 persen yang ditetapkan dalam perjanjian 2015 dan mendekati ambang 90 persen yang diperlukan untuk membuat senjata nuklir.
Meskipun demikian, Iran menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.
Sementara itu, Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menekankan bahwa Iran tak boleh memiliki senjata nuklir.
Pada Senin (14/4/2025), Trump menyatakan keyakinannya dapat menghentikan program nuklir Iran.