
Serangan ini dianggap sebagai yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir, dan terjadi di tengah upaya pihak berwenang mempromosikan kawasan pegunungan tersebut sebagai tujuan liburan.
Peristiwa tersebut menarik perhatian internasional setelah Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengecam aksi ini sebagai “tindakan keji,” serta berjanji menyeret pelaku ke pengadilan.
Menurut pemandu wisata yang berada di lokasi, ia tiba setelah mendengar suara tembakan dan melihat para korban tergeletak.
“Saya melihat beberapa pria tergeletak dan tampaknya sudah meninggal,” kata Waheed, pemandu wisata yang hanya menyebutkan nama depannya, dikutip dari kantor berita AFP.
Serangan terjadi sekitar 90 kilometer dari Srinagar, ibu kota Kashmir, di kawasan Pahalgam yang dikenal sebagai tempat peristirahatan musim panas.
Pihak berwenang setempat menggambarkan serangan ini sebagai pembantaian, yang menewaskan sedikitnya 24 orang.
Meskipun belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, wilayah tersebut sudah menjadi sasaran pemberontakan sejak 1989 oleh kelompok-kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan atau penggabungan dengan Pakistan.
Adapun Kashmir sejak lama menjadi wilayah sengketa antara India dan Pakistan.
India menempatkan lebih dari 500.000 tentara di wilayah tersebut, dan kekerasan menurun sejak Pemerintah India mencabut status otonomi khusus Kashmir pada 2019.
Baru-baru ini, Pemerintah India menggencarkan promosi kawasan ini sebagai destinasi liburan. Sebanyak 3,5 juta wisatawan, mayoritas domestik, mengunjungi Kashmir pada 2024.