
AS) menyatakan penolakan terhadap kebijakan Presiden Donald Trump yang dinilai mengancam independensi institusi pendidikan tinggi.
Pernyataan tersebut dirilis pada Selasa (22/4/2025), beberapa hari setelah Universitas Harvard mengungkap bahwa pemerintahan Trump telah menekan mereka dengan berbagai tuntutan yang dianggap berlebihan dan politis.
Dalam pernyataan itu, para pimpinan kampus, termasuk dari Universitas Princeton, Brown, Hawaii, hingga Connecticut State Community College, mengkritik apa yang mereka sebut sebagai “campur tangan pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya” terhadap dunia pendidikan tinggi.
“Kami terbuka terhadap reformasi konstruktif dan tidak menolak pengawasan pemerintah yang sah,” bunyi pernyataan tersebut.
“Namun, kami harus menolak intervensi yang tidak semestinya dalam kehidupan mereka yang belajar, tinggal, dan bekerja di kampus,” imbuh pernyataan tersebut.
Ketegangan antara Harvard dan pemerintah AS memuncak setelah universitas tersebut menolak berbagai permintaan dari pemerintahan Trump pada 14 April lalu.
Permintaan itu mencakup pengawasan terhadap mahasiswa, dosen, dan kurikulum, yang dianggap sebagai upaya membatasi pandangan liberal di lingkungan kampus.
Sebagai respons, pemerintah membekukan dana federal sebesar 2,3 miliar dollar AS (sekitar Rp 39 triliun) untuk Harvard, mengancam mencabut status bebas pajak universitas tersebut, serta melarangnya menerima mahasiswa asing.
Juru bicara Gedung Putih saat itu, Harrison Fields, mengatakan bahwa langkah tersebut bertujuan memastikan dana publik tidak digunakan untuk mendukung diskriminasi rasial atau kekerasan bermotif rasial.
Tak tinggal diam, pada Senin (21/4/2025), Universitas Harvard mengajukan gugatan terhadap pemerintahan Trump, menuduh pemerintah berupaya mengontrol tata kelola internal kampus secara ideologis.
Dalam dokumen pengadilan, Harvard menyebut tekanan pemerintah tersebut melanggar kebebasan berbicara yang dijamin Konstitusi AS dan tidak sesuai prosedur hukum hak sipil.
Dukungan pun mengalir. Lebih dari 60 pemimpin kampus, baik yang masih aktif maupun pensiun, menandatangani surat terbuka untuk menyatakan dukungan kuat terhadap Presiden Harvard, Alan Garber.
Diketahui, sejak dilantik pada Januari 2025, Presiden Trump kerap menyerang institusi pendidikan tinggi.
Ia menuduh kampus gagal menangani protes pro-Palestina dan membiarkan antisemitisme berkembang.
Selain itu, ia juga menargetkan isu lain seperti hak transgender dan program keberagaman.
Setelah sempat menyasar Universitas Columbia, perhatian Gedung Putih kini tertuju pada Harvard sebagai simbol dominasi akademik dan liberalisme.
Sampai saat ini, Gedung Putih belum memberikan tanggapan atas pernyataan bersama para pemimpin pendidikan tinggi tersebut.